
Running Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur 2008 telah memasuki babak baru, dimana partai- partai politik sudah mengerucutkan calonnya masing- masing.
Dari Golkar telah memasang Bambang Sadono bersama Muh. Adnan, Partai Demokrat & PKS telah mengusung Sukawi & Sudharto, PPP & PAN telah menggandengkan Tamzil dan Rozak Rais, sedangkan PDIP menetapkan Bibit Waluyo dan Rustriningsih, dari PKB nama Agus Suyitno digandengkan dengan kholiq arif bupati Wonosobo.
Dari sekian nama yang muncul saat ini telah bertebaran gambar mereka di berbagai pelosok Jawa Tengah.
Masing- masing calon Gubernur dan wakil gubernur serta tim suksesnya merasa yakin bahwa dirinya akan memenangkan pemilihan gubernur dan wakil gubernur pada 22 Juni yang akan datang.
Kepercayaan diri ini tentu harus dimiliki setiap calon dan tim suksesnya, namun tentunya tidak boleh berlebihan, karena pasti dari sekian calon yang ada pasti hanya 1 pasang yang menang, sedangkan yang lainnya pastilah kalah.
Nah, kesiapan untuk menerima kekalahan nampaknya harus segera disadari sejak sekarang, karena jika tidak akan terjadi kekecewaan yang luar biasa.
Mari kita tengok Pilkada- pilkada sebelumnya, seperti yang telah dilansir Litbang Kompas sejak tahun 2005 – 2007 di Indonesia telah diadakan pilkada sebanyak 323 kali, dari sejumlah itu ada 98 (30 %) daerah yang Pilkadanya bermasalah, sedangkan Pilkada yang rusuh ada 21 daerah.
Dari data ini banyak pihak menganggap bahwa Pilkada menjadi biang perpecahan antar umat, kelompok bahkan keluarga besar, sampai- sampai banyak pihak yang menginginkan Pilkada di selenggarakan seperti halnya sebelum era reformasi.
Sebagian besar kerusuhan maupun permasalahan dipicu oleh ketidaksiapan calon dan pendukungnya untuk menerima kekalahan.
Kita baca di berbagai media cetak dan elektronik kasus- kasus sengketa pilkada selalu merugikan masyarakat bawah.
Pilkada Depok misalnya, dimana Nur Mahmudi Ismail yang memenangkan pilkada melawan Badrul Kamal (Incumbent) harus menempuh perjalanan panjang untuk bisa menduduki jabatannya setelah melalui proses hukum yang sangat melelahkan dan berliku, bahkan muncul perkara hukum baru dengan melakukan PK ke Mahkamah Agung yang sebelumnya belum pernah terjadi untuk sengketa Pilkada kabupaten/Kota. Yang lebih menyedihkan kerusuhan yang terjadi di Tuban pasca Pilkada dengan kerusuhan yang merusakkan aset- aset pemerintah dan masyarakat, begitu juga kemenangan Yasin Limpo harus ditunda setelah MA memerintahkan penghitungan ulang di 4 kabupaten di Sulawesi Selatan. Yang terbaru adalah kemenangan telak Suyoto & Setyo Hartono dalam Pilbup Bojonegoro beberapa waktu lalu harus diundur pelantikannya karena calon yang kalah tidak mau dengan legawa menerima kekalahannya, mereka merasa masih berkuasa sehingga mengupayakan berbagai macam cara untuk menggagalkan calon yang sebelumnya tidak masuk hitungan untuk menang.
Belajar dari sekian kasus yang telah terjadi, kita berharap Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 22 Juni yang akan datang tidak terjadi masalah apalagi sampai terjadi kerusuhan seperti daerah lain, kami orang kecil hanya berharap kepada seluruh calon bolehlah optimis menang, akan tetapi persiapan mental untuk kalah layaknya perlu diterapkan, jangan sampai kekalahan menjadi kekecewaan yang mendalam yang akhirnya menimbulkan konflik yang berkepanjangan, ujung- ujungnya rakyat yang dirugikan.
Kita layak berkaca kepada Pilkada Gubernur Jakarta, dimana Adang Darajatun yang dikalahkan Fauzi Bowo mau mengakui kekalahannya walaupun ada pelanggaran dalam Pilkada.
Wahai para calon Gubernur, Wakil Gubernur, Partai Politik Pengusung dan pendukungnya bersiap untuk menang dan bersiaplah untuk kalah, inginnya kami mendo’akan anda semua menang, tapi itu tak mungkin.Mari kita bersama menjaga iklim kondusif Jawa Tengah pasca Pilgub, Kita berharap semoga Pilgub Jawa Tengah berjalan dengan Sukses, Aman dan terpilihnya pemimpin yang diharapkan masyarakat, Amien.
Oleh : Dwi Bagus Santoso Setiawan